Selasa, 05 Februari 2013

Menanam jabon menatap Kabah


Beberapa kali iklan seminar bisnis investasi kayu jabon dipasang di koran lokal. Penyelenggaranya PT Global Media Nusantara (GMN), perusahaan bidang penjualan pulsa dan teknologi Internet berbasis e-commerce, berdiri pada 2005, lantas mengembangkan bisnis investasi kayu jabon pada pertengahan 2011. Iming-iming keuntungan selangit dijanjikan GMN lewat program I-GIST (International Green Investment System).

Bahkan perusahaan ini mengklaim bisnis investasi kayu itu antirugi pula. Menurut Erlinda, Marketing Eksekutif GMN, dengan paket investasi Rp 8 juta hingga Rp 10 juta, lima tahun kemudian setelah kayu jabon terjual keuntungan bisa mencapai Rp 41 juta sampai Rp 53 juta atau setara 400 persen lebih dari modal. "Sekarang kami sudah memiliki empat ribu investor," kata dia saat ditemui merdeka.com di kantornya, Jalan Terusan Jakarta, Antapani, Bandung, Jawa Barat.

GMN memiliki banyak paket investasi, dari Rp 500 ribu hingga Rp 71,7 juta. Bahkan konon perusahaan juga melayani paket investasi Rp 800 juta dengan janji keuntungan Rp 5 miliar-Rp 15 miliar setelah panen ke dua delapan tahun kemudian. Perusahaan juga menjanjikan paket haji dan umrah gratis bila berinvestasi jabon.

Cukup menyetor dana awal Rp 10,9 juta, lalu membayar cicilan Rp 430 ribu selama 36 bulan, investor sudah mendapat paket investasi jabon plus perjalanan umrah dan haji gratis. Iklan promosi produk juga dipasang dipelbagai situs Internet. Klik saja mesin pencari google.com, situs-situs promosi bakal nongol lengkap dengan informasi paket investasi dan nama-nama promotornya.

Selain itu, GMN memasarkan produk lewat strategi Multi Level Marketing (MLM) dengan sistem anggota beranak-pinak. Investor pertama bakal mendapat bonus bila berhasil mengajak orang lain atau investor kedua bergabung dengan I-GIST. Besaran bonus mencapai 10 hingga 20 persen dari total modal investor kedua. Seterusnya, investor kedua bakal mendapat bonus jika mampu merekrut orang lagi.

Belakangan muncul pro dan kontra menyikapi model bisnis ini. Ada yang menyebut investasi jabon hanya kedok untuk mengumpulkan dana masyarakat dan berpotensi menimbulkan permainan uang. Namun beberapa sepakat bisnis ini masuk akal dan tidak berpotensi permainan uang. Lihat saja komentar beberapa orang terkait bisnis ini dalam blog Institut Teknologi Bandung (ITB) http://personal.ftsl.itb.ac.id/puji/i-gist-money-game-penipuan/.

Pengamat investasi Jimmy Dimas Wahyu menjelaskan ada tiga hal perlu diperhatikan para calon investor. Pertama, benarkah lahan untuk tanaman jabon ada. "Gambar di brosur dan presentasi ada, tetapi apakah kenyataannya lahan benar-benar ada, itu perlu dicek. Kedua kalau soal MLM, apakah perusahaan ini sudah terdaftar di APLI (Asosiasi Penjualan langsung Indonesia)?"

Menurut Jimmy, sepintas paparan presentasi produk investasi jabon memang masuk akal. Namun masih ada beberapa kejanggalan, terutama menyangkut paket umrah dan haji. Di sana ada paket angsuran bulanan. Sementara di sisi lain produk juga dijual langsung melalui cara MLM. "Tetapi saya tidak pernah tahu, ada MLM juga bisa menerapkan iuran bulanan," tuturnya.

Biasanya MLM membuat iuran anggota, itu pun setahun sekali dengan besaran di bawah Rp 200 ribu. Namun bila angsuran dibuat saban bulan, itu sama dengan mengumpulkan duit, dengan begitu berarti perusahaan mengelola dana. Kalau mengelola dana, berarti sama dengan manajer investasi. Biasanya, dalam MLM, setelah membeli produk langsung dijual kembali; ada barang, harga, keuntungan.

"Kalau ini, ada barang, investor beli kayu, setiap bulan disuruh nyicil lagi. Kalau benar ada angsuran bulanan seperti itu. Saya melihat indikasinya ada permainan uang. Tetapi susah membuktikan," ucap Jimmy.

Terkait angsuran untuk paket investasi plus umrah dan haji gratis itu, Erlinda mengatakan GMN telah menggandeng Koperasi BMT Al Barkah. Jadi, investor menginvestasikan dana untuk bibit jabon, sementara cara pembayaranya dicicil melalui koperasi. "Saya rasa bukan permainan uang," kata dia.
[fas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar